pengamat politik Unhas Dr. Jayadi Nas (foto: Ist)  

nusakini.com - MAKASSAR - Black campaign atau kampanye hitam yang baru-baru menimpa pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel nomor urut 3, Nurdin Abdullah - Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan) merupakan suatu bentuk penghianatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal.

Hal tersebut diungkapkan langsung oleh pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr Jayadi Nas.

• Pengusaha Muda Yakin Andi Sudirman-Fatmawati Bawa Sulsel Maju dan Berkarakter
• Survei LSI Denny JA: Andi Sudirman-Fatma 61,4%, Danny Pomanto-Azhar 12,9%
• Rilis Prof Burhanuddin Muhtadi: Andi Sudirman - Fatma 63% dan Danny Pomanto- Azhar 17%
• Terbaru, Survey Indikator Prof Burhanuddin: Andi Sudirman-Fatma 63% dan Danny Pomanto-Azhar 17%, Pengamat: Sangat Sulit Terkejar
• 26 dari Total 30 Anggota DPRD Tana Toraja Siap Menangkan Andalan - Hati

"Mengenai selebaran yang dibuat oleh orang yang tidak jekas menunjukkan bahwa hal tersebut sebagai salah satu bentuk penghianatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal kita. Itu jelas bukan budaya kita," imbuhnya di Makassar Sabtu (12/5/2018),

Budaya orang Sulawesi Selatan, kata Jayadi Nas adalah budaya sipakainga. Itu apabila ada sesuatu yang tidak maksimal.

"Budaya selabaran itu bisa dikatakan penghianatan besar-besaran terhadap karakter, kearifan atau nilai-nilai leluhur kita," tambahnya lagi.

Diketahui, selebaran-selebaran yang menjatuhkan Prof Andalan tersebut mulai tersebar pada saat selesai debat ketiga di Jakarta beberapa waktu lalu.

"Debat ketiga percuma dilakukan. Karena setelah itu langsung ada kampanye hitam. Ini sangat merusak budaya kita sebagai orang Sulsel," jelasnya. (p/ma)